Pages

Labels

Senin, 15 Agustus 2011

Menguak Rahasia di Balik Patung HERMES (Part 1)


DALAM MITOLOGI KUNO YUNANI HERMES ADALAH ANAK DEWA ZEUS. DIA MERUPAKAN DEWA KERUMUNAN ORANG PERDAGANGAN, PENEMUAN BARU DAN ATLET, SERTA PERLINDUNGAN PARA PEJALAN KAKI . HERMES DITAMPILKAN DALAM POSISI SEDANG BERLARI BERTUMPU PADA SATU KAKI BERSAYAPNYA YANG MELAMBANGKAN KECEPATAN.
SAMBIL MEMEGANGTONGKAT BERSAYAP BERLILITKAN DUA EKOR ULAR
Di bagian bawahnya lagi, dengan ukuran huruf yang lebih kecil tertulis :
Patung perunggu ini adalah patung Hermes yang asli yang semula terpasang di sisi  selatan Jembatan Harmoni sejak abad 20 pada masa pemerintahan Hindia Belanda di Batavia. Pada tahun 1999 terjadi kerusakan yang mengakibatkan bagian kaki dan alas patung harus diperbaiki. Demi kelestarian benda cagar budaya maka dibuat duplikatnya dan dipasang di tempat semula (Jembatan Harmoni). Sedangkan patung asli dipasang di Museum Sejarah Jakarta. Jakarta Juli 2000, Konsenvasi Patung dikerjakan oleh Arstupa Group.
Sejarah patung Hermes itu tidak bisa lepas dari seorang  Jerman bernama Karl Willhelm Stolz. Seorang pedagang asli Eropa yang mencoba mencari peruntungannya di Batavia. Patung Hermes itu awalnya milik keluarga  Stolz. Dia lahir di Jerman pada tanggal 28 Januari 1869 dan datang ke Hindia Belanda sebagai konsul dagang. Awalnya bertugas di Banjarmasin kemudian ke Sibolga , lalu pindah ke Batavia, pusat pemerintahan VOC. Tahun 1897 dia menikah dengan seorang gadis asli Swiss, Mathilda Jenny, di Buitenzorg atau Bogor sekarang. Berkat hubungan baik dengan VOC, Stolz memperoleh kewarganegaraan Belanda dan pada tahun 1900 diizinkan membuka toko di Rijswijksestraat, sekarang jalan Veteran nomor  28. Nama tokonya ‘Jenny & Co’ yang menjual barang logam dan barang pecah-pecah dari Geislingen. Tokonya berkembang pesat sehingga dia membuka cabang di Surabaya dan Semarang. Dan patung tersebut salah satu dari barang dagangannya. Patung itu didapat Stolz dari Hamburg sekitar tahun 1902. Stolz jatuh hati pada patung ini sehingga memerlukan patung tersebut di tokonya dan diletakan di kebun rumahnya di daerah Meester Cornelis, atau sekarang Jatinegara. Namun  hal ini ditentang oleh isterinya yang merasa tidak nyaman melihat ada patung yang dianggapnya porno tersebut berada di kebunya. Berkali-kali Jenny meminta kepada suaminya agar memindahkan patung tersebut, namun Stolz selalu mengabaikan. Awalnya Stolz menolak namun setelah isterinya meninggal, baru Stolz meluluskannya. Tadinya Stolz bersikeras tidak mau memindahkan Hermes dari kebunnya. Setelah Jenny meninggal pada tahun 1930 di Den Hag, Stolz sangat merasa kehilangan. Dia menjual tokonya. Namun belum menjual semua tokonya, Stolz menyempatkan untuk memnuhi permintaan Isterinya tersebut. Dia memboyong patung Hermes tersebut dari kebunnya dan menghadiahkannya pada permerintah kota Batavia, sebagai tanda terima kasih atas kesempatan yang didapatkan untuk berdagang di Hindia Belanda. Dan oleh pemerintah Batavia, patung Hermes tersebut diletakkan di Jembatan Harmoni.
Jembatan Harmoni sendiri baru dibangun pada tahun 1905. Setelah patung Hermes diletakkan di sisi timur jembatan, patung itu sempat beberapa kali dicat mengukuti warna jembatan. Karl Stolz sendiri meninggal dunia dalam penjara Jepang dan dimakamkan di Semarang pada akhir Maret 1945. Patung Hermes merupakan salah satu saksi sejarah pembangunan Ibukota ini. Namun pada tahun 1999, patung tersebut dikabarkan hilang, tapi kemudian ditemukan sudah berada dihalaman belakang museum.
Patung Hermes memang indah. Hasil karya yang menakjubkan, tidak aneh jika di tahu 1990-an, patung ini di Bursa Singapura pernah dihargai sampai satu miliar rupiah, dengan nilai tukar Dollar Amerika masih berkisar tiga ribuan rupiah.  Sebab itu, Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso berusaha menyelamatkan paptung ini dengan memindahkannya ke halaman Museum Sejarah Jakarta dan membuat replikannya untuk ditempatkan di lokasi semula.

0 komentar:

Posting Komentar