Pages

Labels

Selasa, 02 April 2013

Stasiun Tua dan Lambaian Terakhir

Masih ku simpan rapih dalam benakku....
Tepatnya di Stasiun Tua itu...
Kau hadir untuk penuhi janjimu...janjiku..dan janji yang kita buat....

Di Stasiun Tua itu...
Dengan penampilan baru...
Tergurat senyum indah di sudut bibirmu....
Pertanda perpisahan akan semakin dekat....

Gerbong-gerbong panjang tersusun rapih 
Menjadi bukti obrolan singkat sebagai penutup kisah....

Waktunya sudah tiba....
Aku harus segera pergi....
Meninggalkan secarik kepedihan....
Namun di batas sana kau masih biaskan senyummu....Melambaikan tanganmu...
Merelakan waktu mengambil sisa skenario indah ini....

Aku membatin....merintih dan bergeming....
Itulah lambaian terakhir yang kau tunjukan...
Dan tidak akan pernah kembali untuk waktu yang lama...




Senin, 04 Maret 2013

Jangan Pergi Sarina…


Panggil saja dia Sarina, seorang gadis Thailand yang memiliki tekad kuat untuk dapat belajar Islam dan lancar membaca Al-Qur’an. Dia jauh-jauh terbang ke Indonesia tidak lain untuk melanjutkan studinya di salah satu sekolah tinggi Dakwah di Jakarta.

Bukan hanya dia saja yang memiliki semangat yang luar biasa, namun teman-temannya yang lainpun demikian antusias sekali untuk menempuh pendidikan di Indonesia.

Kendala Sarina sejak awal masuk dunia perkuliahan yaitu hanyalah bahasa, ya, kita semua tahu itu akan sulit sekali, terutama bagi mereka yang berasal dari Negeri seberang seperti Thailand dengan bahasa yang sulit dimengerti oleh orang-orang pribumi seperti kita. Namun, lambat laun ia dapat memahami bahasa Indonesia atas bantuan dari teman-teman Indonesia. Karena ia juga mampu berbicara dengan bahasa melayu yang sedikit mudah untuk dipahami.

Kesulitan belajar semakin dirasakannya, terkadang dia mengeluh dengan keadaan sekitarnya, entah itu terkait dengan pelajaran yang diikutinya dikampus, maupun lingkungan di sekelilingnya. Dan ia juga sering merasakan kesulitan ketika hendak menjawab soal-soal mata kuliah, karena seluruh soal menggunakan bahasa yang sulit untuk mengerti. Sehingga dia tidak tahu untuk menjawab apa dalam lembar jawabannya.

Namun, hal itu bukan menjadi kendala baginya untuk terus belajar serta terus menghafal Al-Qur’an, karena itulah salah satu keinginan kuat dalam hidupnya. Keinginan yang tidak terlalu muluk namun itu sangat berharga. Tahu kah kalian jika dia sedang fokus dalam menghafal Al-Qur’an, mushaf yang Allah turunkan sebagai pedoman itu tidak akan pernah lepas dari genggamnya.

Di balik sikap sederhananya ternyata banyak hal yang tidak kita ketahui, hanya orang yang mengertilah yang mampu menyelami ruang itu.

Sebenarnya ada sebuah kegelisahan yang menggerogoti dirinya, namun ia mampu menutupi itu semua dengan tersenyum dan merasa seolah-olah ia senang setiap saat. Lagi-lagi tidak banyak orang yang mengetahuinya.
Sore itu dia sempat berujar kepadaku untuk berniat pindah dari universitas ini dan memilih pulang ke negeri asalnya yaitu Thailand. Alasannya hanya satu, jika dia tidak bisa belajar Al-Qur’an maka dia akan pulang ke Thailand. J

Semoga Allah senantiasa memudahkan langkahmu dalam mencari ilmu dan mencapai ridhoNya….teruslah berjuang Sarina, karena kau adalah mujahidah yang tangguh.

                                                                                                                                       By: Ly_blood14

Di balik Lensa...


Di balik lensa ini ku melihat betapa banyak kegelisahan yang terpancar dari setiap jiwa. Resah…gelisah….dan hilang arah. Ku coba menangkap getaran dan mengenali setiap  dentumannya. 
Dahsyat…dan semakin kuat. Namun, aku belum mampu menyentuh dalamnya relung insani. Aku hanya terpatung, memandangi tanpa aksi. Sekali lagi aku bwlum mampu, keguncangan jiwa yang tertancap jauh lebih tajam. Semakin lemah dan tak berdaya.

Namun lensa ini kembali melihat…titik cahaya terpancar dari lubang kegelapan…indah menyelinap hangat. Kini aku bukanah patung yang hanya bisa memperhatikan tanpa perhatian, lensa ku berbicara jika aku akan memahat kegelisahan mereka. Dengan sabda suciMulah sebagai pengikat kuat hati kami.

by : Ly_Blooad14

Jumat, 01 Maret 2013

Saatnya Pulang...


Sudah semakin senja...aku belum ingin beranjak dari peraduan. Perahu-perahu berlalu-lalang merapatkan barisannya.

Aku masih ingin di sini....merangkul hangatnya pelukan sang fajar di akhir waktu lelahnya.

Aku masih ingin tetap di sini....merekam indahnya awan yang berarak tertiup angin menghembus kesejukan.

Surya sudah tenggelam....saatnya aku kembali pulang...

Meski hanya sekejap dipelupuk mata....namun abadi  di relung jiwa.
Esok...berharap aku dapat kembali
Di sini....di tempat ini...dengan kasih alam yang sama.
Terima kasih untuk ciptaanMu yang sempurna....

By ; Ly_Blood14




Akhir Tujuan...



Apakah kita sudah sampai ?
di ujung ufuk yang temaram
Apakah kita sudah sampai ?
Tertatih sudah kita berjalan.
Sedikit lagi...sedikit lagi...
Ya..Kita Sudah sampai ...
Sebuah titik pemberhentian...turunkan jangkar harapan...simpan dayung untuk mimpi yang yang akan datang...

By : Ly_Blood14

Minggu, 04 November 2012

TODAY IS YOURS……..


Genggamlah hari lalu sebagai saksi yang adil
Keberadaanmu hari ini kan menjadi bukti

Kalau kemarin kau telah membuat kejelekan
Gandakan kebajikan hari ini, maka kau akan terpuji
Jangan menunda kebaikan hari ini hingga esok
Boleh jadi hari esok datang, kau telah pergi

Hari-harimu bila dipergunakan
Kan mendatangkan kebaikan
Hari yang telah berlalu
Tak akan pernah kembali lagi…


            (DR. Yusuf Al-Qaradhawi)

Kontak pertama antara Islam dan ilmu-pengetahuan serta falsafat Yunani


Alexander Yang Agung mengalahkan Darius ditahun 331 S.I di Arbela (sebelah timur Tigris). Alexander datang dengan tidak menghacurkan peradaan dan kebudayaan Persia, tetapi sebaliknya ia berusaha untuk menyatukan kebudayaan Yunani dan Persia. Ia sendiri sudah mulai berpakaian Persia  dan orang-orang Persia banyak yang diangkatnya menjadi pengiring-pengiringnya. Ia kawin dengan Statira, anak Darius dan pada waktu itu juga 24 dari jendral-jendralnya dan 10.000 prajurit kawin atas anjurannya dengan wanita-wanita Persia di Susa. Selain dari mengadakan hubungan-hubungan perkawianan ia dirikan pula kota-kota dan koloni-koloni yang penduduknya diatur begitu rupa sehingga terdiri dari dua golongan Yunani dan Persia.

Setelah Alexander meninggal, kerajaan yang besar itu terbagi tiga : Macedonia di Eropa, Kerajaan Ptolemeus di Mesir dengan Alexandria sebagai Ibu Kota dan kerajaan Seleucid (Seleucus) di Asia dengan Kota-kota penting Antioch di Siria, Seleucia di Mesopotamia dan Bactra di Persi sebelah Timur.

Ptolemeus dan Seleucus berusaha meneruskan politik Alexander untuk menyatukan kedua peradaban Yunani dan Iran. Sungguhpun usaha itu tidak berhasil, kebudayaan dan peradaban Yunani meninggalkan bekas besar di daerah-daerah ini. bahasa administrasi yang dipakai di sana ialah bahasa Yunani. Di Mesir dan Syria bahasa ini tetap dipakai sesudah masuknya Islam ke dalam dua daerah itu dan hanya ditukar dengan bahasa Arab, baru di abad ke VII M. oleh Khalifah Bani Umayyah A. Malik Ibn Marwan (685-705M), Khalifah ke V dari Bani Umayyah. Alexandria, Antioch dan Bactra kemudian menjadi pusat ilmu pengetahuan dan falsafat Yunani. Di abad III M, pusat-pusat kebudayaan Yunani ini ditambah dengan Kota Judishapur yang letaknya tidak jauh dari Bagdad (didirikan tahun 762 M). Di sana sewaktu kota itu masuk ke bawah kekuasaan Islam, telah terdapat suatu akademik dan rumah sakit. Di ketika raja Bani Abbas al-Mansur sakit di tahun 765 M. atas nasehat menterinya Khalid Ibn Barmak sendiri berasal dari Bactra. Keluarga Barmak dikenal sebagai keluarga yang gemar pada ilmu pengetahuan serta falsafat dan condong pada paha-paham Mu’tazilah.

Harun Ar-Rasyid menajdi Khalifah di tahun 786 M, dan sebelum ia belajar di Persia di bawah asuhan Yahya Ibn Khalid Ibn Barmak dan dengan demikian banyak dipengaruhi oelh kegemaran keluarga Barmak pada ilmu-pengetahuan dan falsafat. Di bawah pemerintahan Harun Ar-Rasyid penterjemahan buku-buku ilmu pengetahuan Yunani ke dalam bahasa Arab pun dimulai. Orang-orang dikirim ke Kerajaan Romawi di Eropa untuk membeli manuscripts. Pada mulanya yang dipentingkan ialah buku-buku mengenai kedokteran tetapi kemudian juga mengenal ilmu pengetahuan lain dan falsafat. Buku-buku itu terlebuh dahulu diterjemahkan ke dalam bahasa Siriac, bahasa ilmu pengetahuan di Mesopotamia di waktu itu kemudian baru kedalam bahasa Arab. Akhirnya penterjemahan diadakan langsung ke dalam bahasa Arab.

Penterjemahan-penterjemahan termasyhur dari zaman itu antara lain adalah :

  1.    Hunayn Ibn Ishaq (w. 873 M), seorang Kristen, yang pandai berbahasa Arab dan Yunani (pernah berkunjung ke Yunani). Ia terjemahkan 20 buku Galen ke dalam bahasa Siria dann 14 buku lain ke dalam bahasa Arab. Menurut keterangan, Hunayn mempunyai 90 pembantu dan murid dalam kegiatan penterjemahan ini.
  2. 2.      Anak Hunayn bernama Ishaq (w. 910 M)
  3. 3.      Thabit Ibn Qurra (825-901 M), seorang penyembah bintang.
  4. 4.      Qusta Ibn Luqa, seorang Kristen.
  5. 5.      Hubaysh, kemenakan Hunayn.
  6. 6.      Abu Bishr Matta Ibn Yunus (w. 939 M), juga seorang Kristen.
Dengan kegiatan penterjemahan ini, sebahagian besar dari karangan-karangan Aritoteles, sebahagian tertentu dari karangan-karangan Palto serta karangan-karang mengenai neo-Platonisme, sebahagian besar dari karangan-karangan Galen serta karangan-karangan mengenai ilmu pengetahuan kedokteran lainnya, dan juga karangan-karangan mengenai ilmu pengetahuan Yunani lainnya dapatlah dibaca oleh alim-ulama Islam. karangan-karangan tentang falsafat banyak menarik kaum Mu’tazilah, sehingga mereka banyak dipengaruhi pemujaan akal yang terdapat dalam Falsafat Yunani. Abu al-Huzail al-Allaf, Ibrahim al-Nazzam, Bishr Ibn al-Mu’tamir dan lain-lain banyak membaca buku-buku falsafat. Dalam bahasa mereka mengenai teologi Islam, daya akal atau logika mereka jumpai dalam falsafat Yunani banyak mereka pakai. Tidak mengherankan kalau Theologi kaum Mu’tazilah mempunyai corak rasionil dan Liberal.

Tidak lama kemudia timbullah di kalangan Umat Islam sendiri filosof-filosof dan ahli-ahli ilmu-pengetahuan, terutama dalam ilmu kedokteran, seperti Abul Abbasd al-Sarkasyi (abad ke-9 M), Al-Razi (abad ke-10 M) dan lain-lain. Filosof Islam yang pertama, muncul di abad ke-9 M dalam diri al-Kindi, untuk diikuti oleh filosof-filosof yang lain seperti al-Razi, al-Farabi, Ibn Sina dan lain-lain. Filosof-filosof ini banyak dipengaruhi oelh pemikiran filosof-folosof Yunani, terutama Aristoteles, Plato dan Plotinus.

Dalam lapangan ilmu-pengetahuan dikenallah ahli-ahli seperti Muhammad, Ahmad, Hasan, keetiga-tiganya ahli matematika, al-Asma,  (740-828 M) yang mengarang buku tentang pengetahuan alam, Jabir dalam bidang kimia, al-Biruni dalam bidang astronomi, geografi, sejarah dan matematika, Ibn al-Haitham dalam bidang optika dan lain-lain.  

Dr. Harun Nasution, Falsafat dan Misistisme dalam Islam, Jakarta, Bulan Bintang, 1978, Cet II, Hal : 10-13.