Pages

Labels

Sabtu, 29 Oktober 2011

Meriam Si Jagur


Meriam Si jagur sesungguhnya tidak bisa dimasukkan dalam bagian arsitektural Sthadius yang asli. Namun meriam buatan portugis itu pun ternyata memiliki pesan yang memang ada di gedung itu yang dibangun oleh para Mason Belanda.
Si Jagur berasal dari perunggu yang dibuat di Macao oleh Manuel Tavares Boccaro atas pesanan Portugis dan dibawa ke Malaka yang saat itu sedang mereka kuasai. Ketika Belanda merebut Malaka, meriam yang dibuat dari beberapa meriam dilebur jadi satu ini kemudian diboyong ke Batavia tahun 1641. Awalnya ditempatkan di Kastil Batavia, namun gedung yang dulunya terletak di jalan Tongkol ini sengaja dihancurkan Deandels. Meriam itu sempat dipindahkan ke Museum Nasional, lalu di tahun 1968 dipindahkan ke Museum Wayang, dan pada tanggal 30 Maret 1974 baru diletakkan di depan Museum Sejarah Jakarta.
Pada minggu malam, 24 November 2002, tepat pukul 22.00 wib, si Jagur ini dipindah lagi dari halaman depan museum, Stadhiusplein, ke halaman dalam museum. Si Jagur ini banyak dipercaya warga Batavia sebagai lambing kesuburan. Bentuk pangkalnya yang menyerupai ibu jari dijepit jari tengah dan jari telunjuk diyakini mengandung daya magis. Banyak perempuan yang ingin punya anak mengusap-usap pangkal ini atau menaiki meriam tersebut.
Di Zaman Belanda, si Jagur ini bahkan sering dimandikan dengan air kembang, ditaburi bunga, dan bahkan dipayungi. Dalam prosesi pemindahan meriam tersebut ke halaman dalam museum tahun 2002, si Jagur malah disiram Martini.
Di pangkal meriam itu terdapat sebuah kalimat dalam bahasa Latin yang sengaja dipahat di sana, yang berbunyi:
EX ME IPSA RENATA SUM







Kalimat ini sebenarnya mengandung dua pengertian…
“Dari diriku sendiri aku dilahirkan” begitulah salah satu versi resminya, berarti masih ada versi lainya yang sengaja disembunyikan tangan-tangan kekuasaan.
EX ME IPSA RENATA SUM, kalimat latin itu sesungguhnya menagndung pengertian jauh lebih filosofis. Makna dari tulisan ‘Ex Me Ipsa Renata Sum’ memang secara harfiah berarti ‘dan diriku sendiri aku dilahirkan’. Namun secara simbolis, kalimat itu megacu pada sesuatu yang jauh lebih tua.
Kalimat ini sebenarnya menerangkan simbol jari yang ada di pangkal meriam, sebuah simbol The Sacred Sextus, persetubuhan suci, penyatuan Phalus dengan Cawan –seperti halnya Tugu Monas-, antara Mars dengan Venus, antara Maskulinitas dengan Feminitas, dan kemudian menjadi simbol Hexagram yang sekarang dikenal sebagai salah satu simbol terkuat Luciferian.
“Dam dari diriku aku dilahirkan”, merupakan isyarat suatu proses reinkarnasi, kehidupan-kematiandan kehidupan baru, kemunculan kembali. Gerakan Luciferian memang selalu demikian sepanjang sejarah, mereka mempunyai banyak nama yang timbul dan tenggelam dalam catatan peradaban, namun tetap mengendalikan dunia di balik layar.
Walau Si jagur berasal dari Portugis, bukan Belanda, namun permasalahan utamanya bukan terletak ada sekat geografis seperti itu. Sejarah sudah mencatat jika Gerakan Luciferian sama sekali tidak peduli dengan batas Negara mereka ada dan tersebar di mana-mana. Sejak dulu mereka menyebar di seluruh dunia. Bahkan merekalah yang berada di balik penciptaan banyak ritual-ritual yang tersebar di berbagai wilayah di bumi ini. Bani Israel menyebar ke seluruh muka bumi sejak dulu. Dan Templar ketika ditumpas di Perancis  juga menyebar ke mana-mana. Para pelarian Templar di Portugis -juga yang di italia dan Spanyol- mendirikan organisasi Knight Of Christ, Ksatria Kristus , yang menguasai bidang maritim persaudaraan ini. Anda akan terkejut jika mendapati fakta bahwa Shintonisme, agama kuno Jepang sesungguhnya juga berasal dari ritual Bani Israel, sebagaimana halnya Templar. Namun jika benar nenek moyang Jepang adalah Bani Israel itu sangat menarik.


0 komentar:

Posting Komentar