Pages

Labels

Selasa, 15 November 2011

“Tarekat Mason Bebas”


 Lidah belanda menyebutnya Vrijmetselarij, dan anggotanya disebut sebagai Vrijmetselars. Namun dunia lebih familiar dengan istilah Freemansonry.
Kelompok persaudaraan mistis tersebut telah ada sejak COV menjajakan kakinya di Nusantara. Kaum  pribumi biasanya menyebut  mereka ‘Tarekat Mason Bebas’. Riwayat persaudaraan ini sangat panjang dan menorehkan jejaknya di banyak peristiwa besar. Lebih tepatnya mereka sebagai dalang di balik semua tragedy dunia.
Persaudaraan ini merupakan organisasi layar dari kelompok Luciferian yang telah ada sejak kedatangan Adam dan Eva ke Bumi. Luciferian bisa di katakan sebagai Iblis. Dan istilah iblis berasal dari Arab, Abasa yang memiliki arti sebagai pembangkang. Islam dan Kristen bersepakat soal Iblis ini, yaitu makhluk Tuhan yang dibuat dari api sebagaimana Malaikat dari cahaya, dan tidak patuh pada perintah Tuhan. Hanya saja, kelompok Gnosis malah meyakini jika Lucifer bagi mereka adalah malaikat pembawa cahaya terang dunia.
Iblis, mengikuti turunnya Adam dan Hawa –atau dalam bahasa injili, Eva- ke bumi dalam bentuk menyerupai ular. Dalam perjalanan panjangnya, ular akan menjadi salah satu hewan yang disucikan dalam persaudaraan ini. Iblis hanya punya satu misi, menyesatkan manusia dari kebenaran.
Untuk menyelamatkan umat manusialah, Tuhan mengirim utusannya dari masa ke masa, yakni para nabi dan rasul, juga orang-orang suci yang menempuh hidup menurut garis kebenaran. Tuhan mempunyai pasukan-pasukannya di Bumi, demikian pula dengan Iblis. Sejarah dunia diisi dengan pertempuran antara dua kekuatan ini.
Pernahkah kalian mendengar tentang Persaudaraan Ular ???
Ya, Brotherhood of the snake. Namanya memang tidak melegenda seperti saudara kecilnya, Freemansonry atau pun Knight Templar.
Kelompok persaudaraan ular merupakan kelompok persaudaraan tertua yang pernah ada di muka bumi, mereka para penyembah iblis, yang menyebar dan menyusup ke dalam berbagai penjuru dunia. Mereka percaya jika Dewa Matahari merupakan sentrum dari seluruh kehidupan di alam semesta, dewa segala dewa.  Ritual ini ada di semua belahan bumi dalam masa yang hampir sama. Sampai sekarang tidak ada satu pun di dunia ini yang sanaggup menerangkan mengapa di saat suku-suku purba masih hidup, di saat alat komunikasi belum di temukan, bahkan manusia masih memakan daging mentah di banyak tempat, pemujaan terhadap dewa matahari muncul disemua tempat di dunia, seolah ada satu kekuatan yang mampu mengelilingi ini dalam waktu singkat dan menciptakan ritual yang sama dibanyak tempat, yang di pisahkan oleh samudera.
Di jepang ada kepercayaan purba tentang tuhan matahari feminine Amaterasu, semua kaisar jepang sampai sekarang  di yakini sebagai titisan tuhan matahari itu, lalu di Mesir kuno kita mengenal Dewa Ra, di Persia ada Ahuramazda yang disembah kaum Majusi, di Yunani ada Helios, orang india mengenalnya sebagai Btara Surya, lalu suku Inca di Amerika tengah menyebutnya Kuikukhan. Semua ini merupakan  nama-nam Dewa Matahari.
Jika kita ingat  satu epidode dalam film Apocalypto, sebuah ritus pengorbanan suku Maya kepada Dewa Matahari, dengan memenggal kepala sejumlah lelaki dewasa di atas piramida dan menggelindingkan kepala yang terpotong itu lewat tangga piramida ke bawah. Ritual mengerika tersebut dilakukan untuk menyiram Gaia, The Mother of Earth, dengan darah lelaki dewasa, agar kesuburan senantiasa menyertai mereka.
Penduduk asli Amerika tengah sangat memuja matahari. Di Santiago Atitlan, ada hukum yang malindungi matahari yang dianggap maskulin, disebut Ayah Matahari. Siapapun dilarang keras mengarahkan cermin kepada Matahari, karena hal tersebut dapat membuat buta mata Sang Ayah. Ini dianggap hinaan besar. Lalu ada pula hukum untuk utuk tidak berteriak, memukul-mukul pintu, atau mengeluarkan bunyi yang keras di malam hari, semua ini untuk menghormati Ayah matahari yang mereka yakini tengah beristirahat setelah seharian bekerja mengeluarkan energinya. Mereka tidak ingin istirahat sang Ayah Matahari terganggu. Kita mungkin menganggap hal itu lucu. Namun bagi mereka hal tersebut sungguh-sungguh suatu keharusan, suatu kewajiban untuk menempatkan diri dalam sperktrum yang sama dan sejalan dengan alam. Mereka sangat yakin jika di tiap perut manusia terdapat sebuah alat seperti halnya antenna, tentu saja dalam makna filosofil, yang mengharmonisasikan frekuaensi alam dengan frekuensi tubuh manusia. Sebab itu mereka selalu berusaha untuk menjalani hidup selaras dengan alam, bersahabat dengan alam tidak bersikap rakus seperti halnya kita.
Dan ingat….banyak peneliti agama yakin jika kekristenan sekarang merupakan bentuk lain dari ritus pagan Dewa Matahari ini.
Maksudnya, Yesus sebagai anak Dewa Matahari ???
Kisah panjang, dalam kesempatan lain kita akan bahas.
sumber : Rizki Ridyasmara, The Jacatra Secret. 

0 komentar:

Posting Komentar