Pages

Labels

Kamis, 21 Juni 2012

Kanker Epistemologi


Kanker Epistemologi [1]

              Dalam dunia kedokteran, istilah kanker dikenal sebagai sebuah penyakit yang berbahaya dan mematikan. Jika dibiarkan dan tidak dilayani makan akan mengakibatkan tubuh tidak terkendali, merusak jaringan-jaringan anggota tubuh, dan berbagai komplikasi.
            Cukup mengerikan bukan ?? namun ada yang lebih berbahaya itu, yang disebut “kanker Epistemologi” penyakit yang satu ini memang kedengarannya sedikit agak aneh, namun Kanker Epistemologi ini memang tidak berbentuk tumor, tapi bahayanya sangatlah mengerikan dibanding penyakit kanker pada umumnya, karena penyakit yang satu ini tidak bisa dideteksi dengan sinar X. apabila dibiarkan maka akan dapat melumpuhkan kemampuan menilai, serta mengakibatkan kegagalan akal.
Pengidap kanker epistemology ini biasanya memperlihatkan gejala-gejala sebagai berikut :
1.    1. Bersikap skeptis terhadap segala hal, dari soal yang sepele sampai ke masalah-masalah prinsipil dalam  agama. Senantiasa meragukan kebenaran yang semuanya perlu dipertanyakan dan diperdebatkan, pada tahap yang paling ekstrem, bagi mereka yang telah terjangkit skeptisme akut akan meragukan posisinya sendiri “I don’t  know”, bahkan juga mengklaim bahwa kebenaran hanya dapat dicari atau didekati, namun mustahil untuk ditemukan.
2.     2.  Berpaham Relativistik. Pengidap relatisme epistemologi menganggap semua orang dan golongan sama benar. Menurut paham ini kebenaran berada dan tersebar di mana-mana, namun semua bersifat relative. Jika seorang skeptis menolak semua klaim kebenaran, namun untuk seorang relativis menerima dan menganggap semuanya benar. Bingung kan ??
3.      3. Kekacauan ilmu ( cognitive confusion). Ia tidak mampu lagi membedakan antara yang benar dan salah. Pengidap penyakit ini cenderung menyamakan dan mencampuradukan keduanya. Yang paling parah ialah jika si pasien lantas menganggap kebenaran sebagai kebatilan.
Meskipun sangat berbahaya dan berakibat fatal, kanker epitemologi ini bukan tidak mungkin untuk ditanggulangi. 
Dan terapi yang paling efektif untuk menyembukannya ia dengan cara menyuntikkan ilmu kepada si pasien, tentunya ilmu yang bermanfaat yang semakin mendekatkan diri kita pada Tuhan.
Semoga kita tidak terjangkit oleh penyakit yang amat berbahaya tersebut. Bentengi diri agar tidak terjebak ke dalam penipuan dan penyesatan.



[1] DR. Syamsuddin Arif, Orientalis dan Diabolisme Pemikiran, Jakarta, Gema Insani, 2008, Cet II, hal : 140-142.

0 komentar:

Posting Komentar