Kanker Epistemologi [1]
Dalam dunia
kedokteran, istilah kanker dikenal sebagai sebuah penyakit yang berbahaya dan
mematikan. Jika dibiarkan dan tidak dilayani makan akan mengakibatkan tubuh
tidak terkendali, merusak jaringan-jaringan anggota tubuh, dan berbagai
komplikasi.
Cukup
mengerikan bukan ?? namun ada yang lebih berbahaya itu, yang disebut “kanker
Epistemologi” penyakit yang satu ini memang kedengarannya sedikit agak aneh,
namun Kanker Epistemologi ini memang tidak berbentuk tumor, tapi bahayanya sangatlah
mengerikan dibanding penyakit kanker pada umumnya, karena penyakit yang satu
ini tidak bisa dideteksi dengan sinar X. apabila dibiarkan maka akan dapat
melumpuhkan kemampuan menilai, serta mengakibatkan kegagalan akal.
Pengidap kanker
epistemology ini biasanya memperlihatkan gejala-gejala sebagai berikut :
1. 1. Bersikap skeptis terhadap segala
hal, dari soal yang sepele sampai ke masalah-masalah prinsipil dalam agama.
Senantiasa meragukan kebenaran yang semuanya perlu dipertanyakan dan
diperdebatkan, pada tahap yang paling ekstrem, bagi mereka yang telah
terjangkit skeptisme akut akan meragukan posisinya sendiri “I don’t know”, bahkan juga mengklaim bahwa kebenaran
hanya dapat dicari atau didekati, namun mustahil untuk ditemukan.
2. 2. Berpaham Relativistik. Pengidap
relatisme epistemologi menganggap semua orang dan golongan sama benar. Menurut
paham ini kebenaran berada dan tersebar di mana-mana, namun semua bersifat
relative. Jika seorang skeptis menolak semua klaim kebenaran, namun untuk
seorang relativis menerima dan menganggap semuanya benar. Bingung kan ??
3. 3. Kekacauan ilmu ( cognitive
confusion). Ia tidak mampu lagi membedakan antara yang benar dan salah.
Pengidap penyakit ini cenderung menyamakan dan mencampuradukan keduanya. Yang
paling parah ialah jika si pasien lantas menganggap kebenaran sebagai
kebatilan.
Meskipun sangat
berbahaya dan berakibat fatal, kanker epitemologi ini bukan tidak mungkin untuk
ditanggulangi.
Dan terapi yang paling efektif untuk menyembukannya ia dengan
cara menyuntikkan ilmu kepada si pasien, tentunya ilmu yang bermanfaat yang
semakin mendekatkan diri kita pada Tuhan.
Semoga kita
tidak terjangkit oleh penyakit yang amat berbahaya tersebut. Bentengi diri agar
tidak terjebak ke dalam penipuan dan penyesatan.
[1]
DR. Syamsuddin Arif, Orientalis dan Diabolisme Pemikiran, Jakarta, Gema
Insani, 2008, Cet II, hal : 140-142.
0 komentar:
Posting Komentar