Kartini adalah tokoh yang dihadirkan sebagai pejuang Emansipasi
yang sangat maju dalam cara berpikir dibanding dengan perempuan-perempuan pada masanya.
Kartini sering membaca buku, koran-koran, dan majalah Eropa yang
kemudian ia tertarik pada kemajuan berpikir
perempuan Eropa. Dan akhirnya Kartini pun terinspirasi untuk memajukan
perempuan pribumi karena ia melihat bahwa perempuan pribumi berada pada status
sosial yang rendah.
Kartini mahir sekali berbahasa Belanda, dia sering mengirimkan surat ke pada temannya di Belanda. Inti dari surat yang ia kirim tertulis pemikiran
Kartini tentang kondisi sosial saat itu, terutama tentang kondisi perempuan
pribum. Ia ingin wanita memiliki kebebasan menuntuk ilmu dan belajar. Menurutnya
hal ini akibat dari kekungan adat Jawa yang menganggap bahwa perempuan tidak
bebas duduk di bangku sekolah, harus dipingit, dinikahkan dengan lelaki yang
tidak dikenal, atau harus bersedia dimadu.
Kritik Terhadap
Agamanya
Ini adalah pemikiran kritis selanjutnya, setelah ia mencoba
memberikan argument mengenai hak dan kebebasan perempuan pribumi.
Kartini mempertanyakan “Mengapa Kitab suci harus dilafalkan dana
dihafalkan tanpa diwajibkan untuk dipahami?” kemudian ia juga mengungkapkan
bahwa dunia akan lebih damai jika tidak ada agama yang sering menjadi alasan
manusia untuk berselisih, terpisah, dan saling menyakiti.
Agama harus menjaga kita dari pada perbuatan dosa, tetapi berapa
banyak dosa diperbuat orang atas nama agama? Kartini mempertanyakan tentang
agama yang dijadikan pembenaran bagi kaum laki-laki untuk berpoligami. Baginya,
lengkap sudah penderitaan perempuan yang dunianya hanya sebatas tembok rumah.
Bagaimana pendapat Anda mengenai pemikiran wanita yang telah
dinobatkan sebagai pahlawan Nasional ini ???
Sumber: Salman Iskandar, 55 Tokoh Muslim Indonesia Paling Berpengaruh, Solo, Tiga Serangkai, hal : 127
0 komentar:
Posting Komentar